Selasa, 22 Januari 2013

Kicau Bintang Berkilau

Kicau bintang berkilau



    Bilik-bilik untuk memilih calon pemimpin telah bersiap ditiap pojok kota. Warga kota mengantri berjam-jam, bahkan melewatkan makan siang. Sebagian memilih dengan serius , menimbang dan meneliti janji-janji yang di berikan tiap calon, sebagian yang lain karena mendapat kaos partai yang membeckingi calon, sebagian yang lain asal pilih. Tapi sesungguhnya semua pergi ke bilik pemilihan membawa harapan yang sama, agar nanti kesejahteraan benar-benar tercipta.
 
    Tiba saat pengumuman oleh komisi pemilihan. Pemimpin baru terpilih. Pemimpin dengan janji tak akan membiarkan ada penduduk yang kelaparan dan menjamin semua punya tempat tinggal sehinga tak ada yang kedinginan di musim dingin. Karena janji inilah hampir semua warga miskin kota memilih ia. Pesta besar di hari pelantikan pun dilaksanakan dirumah Pemimpin yang baru terpilih. Kalangan ningrat, jajaran pengusaha Industri, jajaran birokrat dan orang-orang dengan penampilan glamor hadir disana , tak ada satupun warga miskin yang diundang. Nyanyian, tarian, canda , semua disuguhkan tapi tak sedikitpun pemilik pesta menyinggung tentang janji dan program pemerintahan. Dialun-alun kota sebuah panggung hiburan didirikan. Orang – orang berdesakan saling berebutan menikmati musik yang disajikan. Penduduk kota bersorak , berteriak , “panjang umur wahai walikota baru!!!” “sejahtera kota kita!!!”. Warga kota bersemangat dengan pesta mewah dan boros yang dibuat dari uang kas kota. Tapi mereka tak menyadari
Semua tertawa saat di sisi lain kota

    Pekat malam mulai menyelimuti. Purnama terkalahkan awan yang bergerombol datang dari Kota seberang. Membawa udara dingin lewat angin yang ditiup kencang. Di lampu pinggir jalan temaram tersisa bayangan, seorang Ibu menggendong anaknya yang sejak mentari terbenam menangis. Entah karena apa ? tapi apakah itu penting ?” karena apa ?? “bisik hati Ibu yang bayinya masih menangis. Seandainya karena malam terlalu dingin, ibu itu tak punya kelebihan kain tuk menghangatkan buah hatinya, maka hanya pelukan dari tubuh yang sama-sama kedinginan yang bisa diberikan. Atau karena lapar, tapi tak ada makanan tuk mengenyangkan agar tangisan berhenti. Air asi sang Ibu yang sama-sama kelaparan pun kering.
Saat awan mulai pergi dan Purnama bersinar bebas. Cahayanya jatuh di dua tubuh dingin yang membeku.di atas tubuh yang minggu lalu dengan susah payah membawa dirinya ke bilik pemilihan tuk memilih seseorang yang kini sedang mengadakan pesta kemenanganya.dan melupakanya.
Penduduk kota terlelap dengan perut kenyang, diantara mereka masih berpesta rayakan malam dengan larutan hitamnya. Dan penguasa kota yang memakan hak Ibu dan anak itu sama sekali tak dengar lapar dan suara parau yang kemudian membeku. Dan janji itu pupus baru saja saat pemimpin baru diangkat.
 
Mentari kemudian datang, pagi hadir dengan lesu . Sementara malam masih tersisa dengan bau alkohol pesta, gundukan sampah, janji kosong, penduduk yang bangun kesiangan, dan dua sosok beku yang semalaman di kicau kan bintang , disinari bulan, di belai angin menjadi saksi sebuah kebiadaban dalam peradaban .

Mimpi itu kicau bintang yang berkilau ,
dan nyata adalah kicau burung saat kubuka jendela pagi.
Dan diantara kicau selalu ada jeritan yang luput dari pendengaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar