Kicau bintang berkilau
Bilik-bilik untuk memilih calon pemimpin telah bersiap
ditiap pojok kota. Warga kota mengantri berjam-jam, bahkan melewatkan makan
siang. Sebagian memilih dengan serius , menimbang dan meneliti janji-janji yang
di berikan tiap calon, sebagian yang lain karena mendapat kaos partai yang
membeckingi calon, sebagian yang lain asal pilih. Tapi sesungguhnya semua pergi
ke bilik pemilihan membawa harapan yang sama, agar nanti kesejahteraan
benar-benar tercipta.
Tiba saat pengumuman oleh komisi pemilihan. Pemimpin baru terpilih. Pemimpin
dengan janji tak akan membiarkan ada penduduk yang kelaparan dan menjamin semua
punya tempat tinggal sehinga tak ada yang kedinginan di musim dingin. Karena
janji inilah hampir semua warga miskin kota memilih ia. Pesta besar di hari pelantikan pun dilaksanakan dirumah Pemimpin yang baru
terpilih. Kalangan ningrat, jajaran pengusaha Industri, jajaran birokrat dan
orang-orang dengan penampilan glamor hadir disana , tak ada satupun warga miskin
yang diundang. Nyanyian, tarian, canda , semua disuguhkan tapi tak sedikitpun
pemilik pesta menyinggung tentang janji dan program pemerintahan. Dialun-alun
kota sebuah panggung hiburan didirikan. Orang – orang berdesakan saling
berebutan menikmati musik yang disajikan. Penduduk kota bersorak , berteriak ,
“panjang umur wahai walikota baru!!!” “sejahtera kota kita!!!”. Warga kota
bersemangat dengan pesta mewah dan boros yang dibuat dari uang kas kota. Tapi
mereka tak menyadari
Semua tertawa saat di sisi lain kota
Pekat malam mulai menyelimuti. Purnama terkalahkan awan yang bergerombol datang dari Kota seberang. Membawa udara dingin lewat angin yang ditiup kencang. Di lampu pinggir jalan temaram tersisa bayangan, seorang Ibu menggendong anaknya yang sejak mentari terbenam menangis. Entah karena apa ? tapi apakah itu penting ?” karena apa ?? “bisik hati Ibu yang bayinya masih menangis. Seandainya karena malam terlalu dingin, ibu itu tak punya kelebihan kain tuk menghangatkan buah hatinya, maka hanya pelukan dari tubuh yang sama-sama kedinginan yang bisa diberikan. Atau karena lapar, tapi tak ada makanan tuk mengenyangkan agar tangisan berhenti. Air asi sang Ibu yang sama-sama kelaparan pun kering.
Saat awan mulai pergi dan Purnama bersinar bebas. Cahayanya jatuh di dua tubuh dingin yang membeku.di atas tubuh yang minggu lalu dengan susah payah membawa dirinya ke bilik pemilihan tuk memilih seseorang yang kini sedang mengadakan pesta kemenanganya.dan melupakanya.
Penduduk kota terlelap dengan perut kenyang, diantara mereka masih berpesta rayakan malam dengan larutan hitamnya. Dan penguasa kota yang memakan hak Ibu dan anak itu sama sekali tak dengar lapar dan suara parau yang kemudian membeku. Dan janji itu pupus baru saja saat pemimpin baru diangkat.
Semua tertawa saat di sisi lain kota
Pekat malam mulai menyelimuti. Purnama terkalahkan awan yang bergerombol datang dari Kota seberang. Membawa udara dingin lewat angin yang ditiup kencang. Di lampu pinggir jalan temaram tersisa bayangan, seorang Ibu menggendong anaknya yang sejak mentari terbenam menangis. Entah karena apa ? tapi apakah itu penting ?” karena apa ?? “bisik hati Ibu yang bayinya masih menangis. Seandainya karena malam terlalu dingin, ibu itu tak punya kelebihan kain tuk menghangatkan buah hatinya, maka hanya pelukan dari tubuh yang sama-sama kedinginan yang bisa diberikan. Atau karena lapar, tapi tak ada makanan tuk mengenyangkan agar tangisan berhenti. Air asi sang Ibu yang sama-sama kelaparan pun kering.
Saat awan mulai pergi dan Purnama bersinar bebas. Cahayanya jatuh di dua tubuh dingin yang membeku.di atas tubuh yang minggu lalu dengan susah payah membawa dirinya ke bilik pemilihan tuk memilih seseorang yang kini sedang mengadakan pesta kemenanganya.dan melupakanya.
Penduduk kota terlelap dengan perut kenyang, diantara mereka masih berpesta rayakan malam dengan larutan hitamnya. Dan penguasa kota yang memakan hak Ibu dan anak itu sama sekali tak dengar lapar dan suara parau yang kemudian membeku. Dan janji itu pupus baru saja saat pemimpin baru diangkat.
Mentari kemudian datang, pagi hadir dengan lesu . Sementara malam masih tersisa
dengan bau alkohol pesta, gundukan sampah, janji kosong, penduduk yang bangun
kesiangan, dan dua sosok beku yang semalaman di kicau kan bintang , disinari
bulan, di belai angin menjadi saksi sebuah kebiadaban dalam peradaban .
Mimpi itu kicau bintang yang berkilau ,
dan nyata adalah kicau burung saat kubuka jendela pagi.
Dan diantara kicau selalu ada jeritan yang luput dari pendengaran
Mimpi itu kicau bintang yang berkilau ,
dan nyata adalah kicau burung saat kubuka jendela pagi.
Dan diantara kicau selalu ada jeritan yang luput dari pendengaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar